Rabu, 07 November 2012

Penglukatan Pure Dalem lan Kusti Br. Sebatu

Sebatu……..,Tanpa terasa sudah tiga kali purnama secara berturut turut saya telah mendatangi tempat ini untuk ” Melukat “, saat ini timbul keinginan saya untuk menuliskannya di Blog ini dengan harapan bisa sharing atau bisa dijadikan gambaran bagi teman teman yang akan melaksanakan Penglukatan ke Desa Sebatu ini.
Adapun lokasinya yg terletak di banjar sebatu,desa sebatu, kecamatan tegallalang , kabupaten gianyar.  kira-kira 40 Km dari Kota Denpasar atau 21 Km dari Kota Gianyar. Tempat ini dapat dikunjungi dengan mudah melalui desa Peliatan atau melalui Tampaksiring, melalui hamparan sawah yang indah, diantara desa-desa yang mempunyai seni kerajinan yang baik, terutama karya seni pahat. Saya bahkan sempat berhenti untuk menikmati pemandangan persawahan yang  sangat indah dan masih tampak asri dan alami.
Setelah selesai memarkir kendaraan di tempat yang telah disediakan, sayapun berjalan menyusuri jalan beraspal sampai ketemu dua buah patung yang mengapit jalan menuju ke lokasi. Disini saya menghaturkan canang sari + rarapan yang sudah saya siapkan dari rumah. Selanjutnya Saya menyusuri jalanan menurun dengan beberapa anak tangga. Udara pedesaan nan sejuk terasa sekali masih asri dan tanpa polusi. Setelah berjalan beberapa kelok, saya pun disuguhi pemandangan asri dengan gemercik air nan syahdu dari sebelah pelinggih dengan beberapa pancuran alami dari bambu. Seusai menghaturkan canang sari saya pun melanjutkan perjalanan turun menuju tempat melukat.
Pura Sebatu, sungguh indah dan menarik, sangat berpotensi untuk dikembangkan pada konsep wisata spiritual. Pemandangan alam yang indah, air yang jernih dan suasana magis sungguh terasa begitu memasuki areal Pura Sebatu.  Pura Sebatu juga merupakan Pura yang sangat keramat dan magis.

Adapun sarana-sarana untuk penangkilan / melukat disini yaitu:
1.daksina pejati,terutama bagi mereka yang pertama kali melukat.
2.pejati yg dibawa hendaknya berisi pisang/biu kayu, berisi bunga tunjung warna bebas.
3.sarana muspa menggunakan kuangen dengan menggunakan bunga jempiring,sekar tunjung biru & pis bolong (uang bolong) 11 kepeng.      4.Pakaian yg di pakai nangkil yaitu pakaian adat bali, dimana pada saat melukat boleh hanya memakai kain kamen dan disarankan untuk tidak memakai perhiasan.

tata cara melukat adalah sebagai berikut :
1.melakukan persembahyangan di pelinggih pura dalem pingit & kusti yang  letaknya agak diatas dari tempat pesiraman,dengan menggunakan sarana kewangen. biasanya dipimpin oleh pemangku pada saat hari keagamaan spt purnama, kajeng kliwon, dsb.
2.usai sembahyang,kewangen yang ada  uang kepengnya dibawa kelokasi melukat. caranya, kewangen di letakan di depan jidat atau ubun ubun seperti saat kita  muspa, dengan membasahi kepala dan ubun ubun, setelah kepala basah lepas kewangan agar hanyut bersama air.
3.setelah selesai melukat,pemedek sembahyang sekali lagi di pelingih yang ada di dekat batu, sekalian nunastirta dan bija.
Keunikan dari tempat melukat di Sebatu ini adalah adanya perubahan warna air yang di pakai melukat setelah melalui badan kita, untuk orang yang memiliki penyakit biasanya airnya menjadi keruh (seperti air beras) . Disamping itu menurut pemangku setempat, Wanita yang lagi dapet tamu bulanan ( cuntaka ) dan anak kecil yang  belum ketus gigi tidak diperbolehkan ikut melukat di tempat ini karena akan menangis terus menerus katanya. Jangan kaget bila pada saat melukat kita menjumpai ada penangkil yang nangklang-nengkleng seperti tarian rangda dan mengeluarkan suara suara seram atau aneh, bahkan banyak pula yang kerauhan, dan banyak lagi keanehan dan aura magis yang lainnya.
Di areal paling ujung bagi pemedek yang sudah selesai melukat telah  disiapkan tempat untuk ganti pakaian, kemudian pulang menyusuri jalan setapak yang penuh tanjakan dengan anak tangga yang sedikit licin namun tetap mengasikkan karena udaranya yang segar dengan diiringi kicauan burung mendayu.
Tulisan inipun saya akhiri dengan menyisakan kenangan yang tak kan mungkin saya lupakan.

0 komentar:

Posting Komentar