Sebatu……..,Tanpa terasa sudah tiga kali purnama secara berturut turut
saya telah mendatangi tempat ini untuk ” Melukat “, saat ini timbul
keinginan saya untuk menuliskannya di Blog ini dengan harapan bisa
sharing atau bisa dijadikan gambaran bagi teman teman yang akan
melaksanakan Penglukatan ke Desa Sebatu ini.
Adapun lokasinya yg terletak di banjar sebatu,desa sebatu, kecamatan
tegallalang , kabupaten gianyar. kira-kira 40 Km dari Kota Denpasar
atau 21 Km dari Kota Gianyar. Tempat ini dapat dikunjungi dengan mudah
melalui desa Peliatan atau melalui Tampaksiring, melalui hamparan sawah
yang indah, diantara desa-desa yang mempunyai seni kerajinan yang baik,
terutama karya seni pahat. Saya bahkan sempat berhenti untuk menikmati
pemandangan persawahan yang sangat indah dan masih tampak asri dan
alami.
Setelah selesai memarkir kendaraan di tempat yang telah disediakan,
sayapun berjalan menyusuri jalan beraspal sampai ketemu dua buah patung
yang mengapit jalan menuju ke lokasi. Disini saya menghaturkan canang
sari + rarapan yang sudah saya siapkan dari rumah. Selanjutnya Saya
menyusuri jalanan menurun dengan beberapa anak tangga. Udara pedesaan
nan sejuk terasa sekali masih asri dan tanpa polusi. Setelah berjalan
beberapa kelok, saya pun disuguhi pemandangan asri dengan gemercik air
nan syahdu dari sebelah pelinggih dengan beberapa pancuran alami dari
bambu. Seusai menghaturkan canang sari saya pun melanjutkan perjalanan
turun menuju tempat melukat.
Pura Sebatu, sungguh indah dan menarik, sangat berpotensi untuk
dikembangkan pada konsep wisata spiritual. Pemandangan alam yang indah,
air yang jernih dan suasana magis sungguh terasa begitu memasuki areal
Pura Sebatu. Pura Sebatu juga merupakan Pura yang sangat keramat dan
magis.
Adapun sarana-sarana untuk penangkilan / melukat disini yaitu:
1.daksina pejati,terutama bagi mereka yang pertama kali melukat.
2.pejati yg dibawa hendaknya berisi pisang/biu kayu, berisi bunga tunjung warna bebas.
3.sarana muspa menggunakan kuangen dengan menggunakan bunga
jempiring,sekar tunjung biru & pis bolong (uang bolong) 11
kepeng. 4.Pakaian yg di pakai nangkil yaitu pakaian adat bali,
dimana pada saat melukat boleh hanya memakai kain kamen dan disarankan
untuk tidak memakai perhiasan.
tata cara melukat adalah sebagai berikut :
1.melakukan persembahyangan di pelinggih pura dalem pingit & kusti
yang letaknya agak diatas dari tempat pesiraman,dengan menggunakan
sarana kewangen. biasanya dipimpin oleh pemangku pada saat hari
keagamaan spt purnama, kajeng kliwon, dsb.
2.usai sembahyang,kewangen yang ada uang kepengnya dibawa kelokasi
melukat. caranya, kewangen di letakan di depan jidat atau ubun ubun
seperti saat kita muspa, dengan membasahi kepala dan ubun ubun, setelah
kepala basah lepas kewangan agar hanyut bersama air.
3.setelah selesai melukat,pemedek sembahyang sekali lagi di pelingih yang ada di dekat batu, sekalian nunastirta dan bija.
Keunikan dari tempat melukat di Sebatu ini adalah adanya perubahan
warna air yang di pakai melukat setelah melalui badan kita, untuk orang
yang memiliki penyakit biasanya airnya menjadi keruh (seperti air beras)
. Disamping itu menurut pemangku setempat, Wanita yang lagi dapet tamu
bulanan ( cuntaka ) dan anak kecil yang belum ketus gigi tidak
diperbolehkan ikut melukat di tempat ini karena akan menangis terus
menerus katanya. Jangan kaget bila pada saat melukat kita menjumpai ada
penangkil yang nangklang-nengkleng seperti tarian rangda dan
mengeluarkan suara suara seram atau aneh, bahkan banyak pula yang
kerauhan, dan banyak lagi keanehan dan aura magis yang lainnya.
Di areal paling ujung bagi pemedek yang sudah selesai melukat telah
disiapkan tempat untuk ganti pakaian, kemudian pulang menyusuri jalan
setapak yang penuh tanjakan dengan anak tangga yang sedikit licin namun
tetap mengasikkan karena udaranya yang segar dengan diiringi kicauan
burung mendayu.
Tulisan inipun saya akhiri dengan menyisakan kenangan yang tak kan mungkin saya lupakan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar